Disuatu malam, ada 4 lilin yang menyala. Keempat lilin itu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain. Lilin Pertama mempunyai bentuk yang sangat indah dengan ukiran elegan dan nyala api seperti pelangi. Lilin Kedua tak kalah bagus, dia memancarkan cahaya tak begitu terang tak begitu remang, cahayanya halus sejukkan mata. Lilin Ketiga berwarna merah dan sangat unik bentuknya. Lilin Keempat terang tapi pendek dan sepertinya hampir habis. Malam itu suasana begitu sunyi, sehingga terdengarlah percakapan mereka.
Lilin Pertama berkata, “Aku adalah DAMAI, namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Lilin Kedua berkata, “Aku adalah IMAN, sayangnya aku tak berguna lagi, manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih, giliran Lilin Ketiga berbicara, “Aku adalah CINTA, tak mampu lagi aku untuk tetap menyala, manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna, mereka saling membenci, bahkan saling membunuh demi beberapa hal yang mereka inginkan dan kadang mereka golongkan sebagai HARGA DIRI.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin Ketiga.
Tanpa terduga, seorang anak masuk ke dalam kamar dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan iya berkata, “Apa yang terjadi? Kalian harus tetap menyala. Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin Keempat berkata, “Jangan takut! Janganlah menangis! Selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya. Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Penerapan:
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali DAMAI, IMAN dan CINTA dengan HARAPAN.