Belum habis para malaikat terkagum-kagum akan apa yang telah dibuat-Nya selama 5 hari sebelumnya, dan hari itu Allah mengambil keputusan, “Aku akan menciptakan yang lain daripada yang lain hari ini!” kata-Nya pada hari ke-6.
Tiba-tiba Allah turun dari tahta-Nya yang mulia dan berkilauan, Ia menginjakkan kaki-Nya di atas tanah yang berlumpur itu untuk pertama kalinya dan dengan penuh kelembutan, Ia menggulung lengan jubah-Nya.
Berbisik-bisiklah para malaikat satu dengan yang lain, penuh rasa ingin tahu apakah gerangan yang membuat Allah turun dari tahta-Nya dan berdiri di atas lumpur itu. Lalu seorang malaikat memberanikan diri dan bertanya, “Ya Allah Yang Mulia, Maha Penyayang dan Pengasih, apakah yang akan Kau buat hingga Kau merelakan kaki dan jari-jari tangan-Mu menyentuh lumpur yang kotor itu? Biarlah kami yang melalukan pekerjaan yang kotor ini sebab Engkau tidak layak untuk melakukan ini semua.”
Tersenyumlah Allah dengan senyuman khas-Nya yang lembut, “Lihatlah, sebentar lagi pekerjaan-Ku akan selesai.”
“Apakah yang akan Kau buat Tuanku?” tanya malaikat itu lagi. Allah menjawab, “Aku akan menciptakan karya yang terindah yang segambar dan serupa dengan diri-Ku.”
Terbelalaklah mata malaikat itu, “Wah … begitu mulianya dan berharganya ciptaan-Mu ini. Mengapa Engkau mau menciptakannya?”, tanyanya sambil menengadahkan kepalanya.
Jawab-Nya, “Akan ada kasih di hatinya bagi-Ku, akan ada pujian dari mulutnya, dan akan ada cinta yang sejati antara Aku dan dia. Bukankah itu indah? Pernahkah terlintas di pikiranmu akan hal ini, dicintai dan mencintai dengan cinta yang sejati ?”
Terkagumlah malaikat itu dan dengan mata yang berbinar-binar berkata, “Sangat indah ya Tuanku, sangat indah … Sungguh tak sekalipun hal ini terlintas di pikiranku. Pastilah ciptaan dari-Mu ini senantiasa akan menyenangkan-Mu, selalu patuh pada-Mu, tak pernah menyangkali-Mu dan mengasihi-Mu sepanjang hidupnya.”
Sembari menyeka keringat ilahi-Nya dan tersenyum Ia berkata, “Yang kau katakan itu sangatlah indah, tetapi tidaklah demikian. Dia akan memiliki kebebasan dan dia akan memiliki pilihan untuk mengasihi-Ku atau tidak.”
Semerta-merta raut muka malaikat itu berubah dan tenggelam dalam kebingungan yang tak terselami, “Dengan demikian mereka memiliki kesempatan untuk membuat diri-Mu sedih, ya Rajaku. Engkau terlalu baik untuk dikecewakan, tidakkah lebih baik untuk tidak menciptakannya atau mungkin menciptakan mereka dengan hati yang selalu mencintai-Mu, tanpa pilihan yang lain?”
“Aku menginginkan cinta yang sejati, hamba-Ku. Dan cinta yang sejati bukanlah cinta yang memaksa tetapi cinta yang timbul dari segala macam pilihan yang ada.”
Mengertilah malaikat itu dan berkata, “Jadilah kehendak-Mu ya Tuanku! Kudus dan mulialah Engkau selamanya!”
Seketika itu juga, lumpur itu mulai menunjukkan bentuknya yang berstruktur sama dengan Allah dan akhirnya Ia berkata, “Kuhembuskan nafas kehidupan daripada-Ku, jadilah engkau manusia!”
Sumber: Warta PMHB