Apa itu Ponzi scheme?
Pernah dengar tentang Ponzi scheme (skema Ponzi)? Sebagian dari kita mungkin ada yang sudah paham. Skema Ponzi ini sering dikaitkan dengan kegiatan Multi Level Marketing (MLM), sistem piramida (skema piramida), sistem Binary, Money Game, arisan berantai, Member Get Member (MGM), dan sejenisnya.
Banyak bisnis di sekitar kita menganut sistem Ponzi. Seperti contoh produk-produk yang dijual melalui sistem MLM atau Network Marketing. Sah atau tidaknya sistem ini saya kembalikan kepada pembaca. Saya tak mau mengambil kesimpulan dari sistem ini. Tetapi perlu diingat bahwa suatu bisnis yang hanya mengandalkan sistem saja dan produknya nol (baca: tak berkualitas atau sekedar ada saja) serta produk tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan maka bisnis atau jasa yang menganut sistem Ponzi ini tidak akan bisa bertahan lama.
Skema Ponzi atau juga dikenal dengan skema Piramida merupakan merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah sistem dimana seseorang menginvestasikan dana untuk mendapat keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan oleh investor berikutnya. Skema Ponzi atau skema Piramida pertama kali ditemukan oleh seorang penipu bernama Carlo Ponzi dan masih dipergunakan pada berbagai macam bisnis hingga sekarang.
Sejarah Ponzi
Carlo Ponzi merupakan penipu terbesar dalam sejarah Amerika. Dengan nama Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi, dia dilahirkan di Lugo, Italia. Carlo Ponzi (3 Maret 1882 – 18 Januari 1949) atau juga dikenal dengan Charles Ponzi adalah imigran Amerika Serikat (US) asal Italia. Jauh sebelum menemukan skema penipuan tersebut, Carlo Ponzi telah dikenal sebagai pelaku kriminal dengan melakukan penggelapan uang yang dikirimkan oleh sesama imigran asal Italia ke negara asal mereka. Menurut cerita, dia juga seorang penjudi dan selama dalam pelayaran uangnya dihabiskan di meja judi. Walaupun kantongnya kosong, tetapi kepalanya penuh dengan sejuta harapan.
Nama sistem piramida diindentikkan dengan nama Ponzi, karena sistem piramida sering disebut skema Ponzi. Mungkin karena Charles Ponzi adalah orang pertama yang paling berhasil menggunakan cara ini untuk menipu dan mendapat sorotan masyarakat. Ia bukan hanya menipu dalam jumlah yang besar, tetapi juga mendapat sorotan. Kejadiannya di sekitar tahun 1920.
Charles Ponzi bukan tergolong penipu yang melibatkan dana terbesar dalam sejarah. Ponzi dimasa itu hanya berhasil menyeret dana sebesar US$ 7 juta (kira-kira senilai 10 ton emas). Jumlah itu tidak lah banyak kalau dibandingkan dengan kasus Bernie Madoff. Bernie Madoff tahun 2008 terbongkar kasusnya bahwa dia berhasil menilep US$ 50 miliar (kira-kira senilai 1.720 ton emas). Yang digelapkan Madoff nilai riilnya 172 kali lebih besar dari Ponzi. Ini membuat Charles Ponzi seperti amatir. Walaupun demikian, sistem piramida tetap disebut dan mempunyai nama alias sebagai skema Ponzi, dan bukan skema Madoff. Dalam membandingkan antara Madoff dan Ponzi, kita harus mengukurnya dengan emas bukan dengan dollar, karena emas adalah uang sejati, sedang dollar adalah uang kertas, uang ciptaan dan hasil manipulasi politikus yang nilainya tergerus dengan masa. Kalau diukur dengan uang dollar Amerika Serikat maka Madoff lebih besar 7000 kali dari Ponzi. Tetapi Ponzi lah yang mendapat nama. Yang besar belum tentu yang memperoleh nama.
Ponzi nampaknya punya kepribadian yang menarik dan mampu menyakinkan orang. Kalau diibaratkan seorang pedagang, dia adalah pedagang yang mampu menjual lemari es kepada seorang eskimo di Alaska, atau seorang yang mampu menjual tahi ayam seharga permen coklat. Karakter inilah yang menguntungkan baginya untuk menjadi penipu.
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Inggris, penipu disebut con-man, kadang con-artist singkatan dari confident-man atau confident-artist. Artinya orang yang sangat yakin dan sangat menyakinkan.
Ilmu tipu-menipunya mungkin dipelajarinya ketika bekerja di sebuah bank bernama Banco Zarossi. Bank ini memberikan bunga dua kali lipat dari bunga bank umumnya saat itu. Nasabahnya tumbuh dengan cepat dan Banco Zarossi bisa mengumpulkan dana yang cukup besar dalam waktu yang singkat. Banco Zarossi sebenarnya mengalami kesulitan bisnis. Kredit real-estatenya banyak yang macet. Ponzi melihat bahwa pembayaran bunga kepada nasabah menggunakan uang yang berasal dari nasabah-nasabah yang baru. Akhirnya bank ini runtuh dan mengalami kesulitan untuk membayar uang nasabah berserta bunganya. Dan kemudian Zarossi, pemilik bank, lari ke Mexico dengan membawa lari uang nasabah.
Setelah kejadian Banco Zarossi, Ponzi sempat keluar masuk penjara karena melakukan tindak kriminal. Di dalam penjara, rupanya ia memperoleh pengalaman lebih banyak dan wawasan yang lebih luas.
Suatu hari menjelang tahun 1920, Ponzi mempunyai ide bisnis untuk memperoleh uang secara mudah. Bisnisnya berkaitan dengan apa yang dinamakan International Reply Coupon (IRC). IRC ini digunakan di dalam surat menyurat internasional sebagai pengganti prangko untuk pengiriman surat balasan. Misalnya, si A di sebuah negara mengirim surat kepada B (biasanya perusahaan atau badan lainnya) di negara lain untuk meminta sesuatu (misalnya katalog atau formulir pendaftaran). B mensyaratkan setiap permintaan barang ini harus disertai IRC. IRC ini bisa ditukarkan dengan prangko untuk mengirimkan barang-barang yang diminta kliennya dengan pos. Maksudnya agar B tidak terbebani biaya prangko karena A sudah menyediakannya dalam bentuk IRC. IRC ini juga bisa diuangkan.
Pada masa setelah Perang Dunia II, inflasi di Eropa cukup tinggi sehingga terjadi perbedaan biaya pengiriman lewat pos antara pengiriman dari US ke Eropa dengan dari Eropa ke US. Akibatnya IRC yang dijual di Italia atau di Eropa harganya lebih rendah dibandingkan dengan di US. Ide Ponzi ialah membeli IRC dari Italia, kemudian diuangkan di US. Ide yang cemerlang dan 100% legal. Dan potensi keuntungannya bisa ratusan persen.
Ponzi meminjam uang ke bank untuk memulai bisnis ini dan mengirimkannya kepada sanak keluarganya di Italia untuk dibelikan IRC. Dia juga menawarkan proposal kepada kenalannya untuk menambah modalnya. Mula-mula melalui selebaran-selebaran dia menawarkan 40% keuntungan untuk investasi selama 90 hari dalam proposalnya. Pada bulan Januari 1920, ia menaikkan iming-imingnya itu menjadi sebesar 100% dalam waktu 90 hari. Dibandingkan dengan bunga bank yang hanya sekitar 5%, tentu saja iming-iming Ponzi ini sangat menarik.
Kemudian Ponzi dengan perusahaannya “Old Colony Foreign Exchange Company (dikenal juga sebagai Securities Exchange Company (SEC))”, menggalang dana dengan menggunakan agen-agen yang diberi komisi yang tinggi. Dalam waktu 4 bulan, yaitu Februari – Mei 1920, dia berhasil mengumpulkan US$420.000 (setara dengan 620 kg emas). Histeria terbentuk setelah harian The Boston Post menerbitkan artikel yang isinya bernada positif terhadap bisnis Ponzi ini. Dan orang-orang berbondong-bondong menyerahkan uangnya untuk diinvestasikan ke bisnis IRC.
Sayangnya, di US Ponzi mengalami kesulitan untuk menguangkan IRC yang dibelinya dari Italia. Terlalu banyak birokrasi dan berliku-liku administrasi yang harus dilewati. Secara praktis bisnis Ponzi tidak menghasilkan keuntungan yang riil. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti. Belajar dari pengalamannya di Banco Zarossi, Ponzi membayar bunga keuntungan nasabah lamanya dengan uang nasabah yang baru ikut serta. Karena pertambahan jumlah investor mengalami percepatan, dana baru yang masuk bisa menutup pembayaran bunga maka semuanya berjalan lancar. Lagi pula kebanyakan dari investor Ponzi tidak mengambil bunga dari investasinya, melainkan ditanam kembali. Sehingga hal ini mempermudah Ponzi. Ponzi bisa berfoya-foya dengan uang investornya.
Ponzi menanamkan uangnya ke sebuah bank, Hanover Trust Bank. Dengan uangnya itu saham mayoritas dikuasai Ponzi. Bunga yang diperoleh Ponzi sekitar 5%. Bunga yang 5% inilah yang merupakan keuntungan riil dari SEC.
Walaupun semuanya lancar, ada juga orang yang skeptis. Di bulan Juli 1920 harian The Boston Post menurunkan sebuah artikel yang ditulis oleh seorang analis keuangan Clarence Barron. Isinya sebuah analisa yang menunjukkan bahwa pola bisnis Ponzi dengan SEC-nya secara finansial tidak mungkin menguntungkan. Jumlah IRC yang beredar terlalu sedikit untuk membuat keuntungan yang Ponzi tawarkan. Ditinjau dari besarnya modal dan keuntungan yang ditawarkan, bisnis Ponzi memerlukan 160 juta IRC, sedangkan IRC yang beredar hanya 27.000 lembar. Dengan demikian ada ketidak-cocokan antara volume IRC dengan keuntungan yang diperlukan untuk memenuhi janji Ponzi.
Tidak lama kemudian, beberapa investor menarik dananya dari SEC. Mereka mendapatkan cek bank Hanover Trust Bank yang dikuasai Ponzi dan cek itu bisa dicairkan. Dana yang ditarik mencapai US$ 2 juta. Kelanjutan penarikan dana secara besar-besaran bisa dihindari karena Ponzi bisa meyakinkan nasabahnya bahwa artikel di The Boston Post itu salah. Ponzi bisa lolos, bahkan pemasukannya pun bertambah.
Selanjutnya Ponzi mempekerjakan seorang untuk menangani hubungan masyarakat, Public Relation (PR), bernama William McMasters. Tidak lama bekerja untuk Ponzi, McMasters curiga mengenai banyak hal tentang bisnis SEC Ponzi. Pertanyaannya yaitu, “Kenapa Ponzi masih menanamkan uangnya di bank dengan bunga 5%, padahal dengan bisnis IRC bisa memperoleh 100% dalam 90 hari?” McMasters akhirnya mengundurkan diri. Tidak lama kemudian, tanggal 2 Agustus 1920, di harian The Boston Post keluar sebuat artikel yang berisi kecurigaan William McMasters. Pertanyaan itu kembali muncul, kenapa Ponzi masih mau mendepositokan uangnya di bank dengan bunga 5%, padahal bisnisnya bisa menghasilkan puluhan kali lipat. Dikatakannnya bahwa sebenarnya aset SEC bukan US$ 7 juta, melainkan minus (hutang) US$ 2 juta sampai US$ 4,5 juta. Artinya perusahaan Ponzi sudah pailit. Dan penarikan dana besar-besaran kembali melanda SEC.
Pada masa penarikan dana besar-besaran ini, komisi bank Massachusetts memerintahkan agar rekening Ponzi di Hanover Trust Bank diawasi. Nasabah terus menerus menguangkan cek yang berasal dari Ponzi. Ketika dana di rekening ini sudah habis, maka semua penarikan dana dari rekening itu dihentikan. Akhirnya, dua bank lain di Boston ikut tersungkur karena hutang Ponzi yang tidak bisa dibayar. Atas perintah dari komisi perbankan Massachussets, SEC Ponzi diaudit. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai aset perusahaan ini hanyalah hutang paling sedikit US$ 7 juta.
Note: The Boston Post akhirnya mendapat hadiah Pulitzer tahun 1921 untuk laporan yang bersifat penyelidikan dalam kasus Ponzi.
Ponzi dihukum 5 tahun penjara atas tuduhan “penipuan melalui surat” oleh pengadilan federal pada November 1920. Ketika bebas 3,5 tahun kemudian, ia dituntut lagi oleh pengadilan negara bagian Massachusetts dengan tuduhan “mengambil alih milik orang lain secara tidak sah“. Pada hakekatnya tuduhan ke-2 ini adalah untuk perbuatan yang sama. Namun nampaknya ada yang masih belum puas. Pengadilan untuk tuntutan “mengambil alih milik orang lain secara tidak sah” ini dilakukan sampai 3 kali. Baru yang ke-3, Ponzi berhasil dibuktikan bersalah dan hukumannya ditambah menjadi 9 tahun penjara.
Ponzi keluar dari penjara dengan jaminan. Sekeluarnya dari penjara dia berusaha membuat penipuan dengan teknik yang sama di Florida. Tetapi kemudian ditangkap dan jatuhi hukuman 1 tahun penjara lagi di Florida. Dia bebas dengan jaminan. Kebebasan ini digunakan untuk melarikan diri keluar dari Amerika Serikat. Tetapi ia keburu tertangkap saat kapal yang ditumpanginya hendak berangkat. Selanjutnya, ia dikirim ke Massachusetts untuk menjalani sisa hukumannya disana. Selesai menjalani hukuman penjaranya di tahun 1934, ia dideportasikan kembali ke Italia. Ponzi mati sebagai orang miskin di Rio de Janeiro, Brazil, pada Januari 1949.
Ponzi melihat bahwa:
- Orang tidak berpikir panjang ketika melihat potensi keuntungan yang besar atau ditawari keuntungan yang besar, walaupun tidak masuk akal.
- Sekali namanya dikenal, maka orang dengan sendirinya akan berbondong-bondong datang menyerahkan uangnya. Bahkan akan menanamkan lagi “keuntungan” yang diterimanya, sehingga pengumpulan uang mengalami percepatan.
- Pada suatu fase, terjadi masa dimana mentalitas ikut arus (herd mentality) meningkat. Banyak orang ikut terjun kedalam bisnis yang sedang digilai (dalam hal ini menginvestasikan uangnya ke Banco Zarossi), maka semakin banyak orang lainnya yang ikut latah tanpa banyak berpikir.
Tetapi yang luput dari pengamatan Ponzi ialah bahwa sekali timbul ketidak-percayaan, maka akan terjadi penarikan uang nasabah secara besar-besaran dan akan membongkar kejahatannya sebagai akibat mentalitas ikut arus (herd mentality).
Banyak yang bisa dijadikan hikmah dari kasus Ponzi. Banyak kejanggalan-kejanggalan yang menyelimuti bisnis ala Ponzi. Tetapi untuk mengetahuinya memerlukan karakter skeptis dan juga harus jeli. Misalnya jumlah IRC yang beredar, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah IRC yang diperlukan agar bisnis IRC Ponzi bisa untung seperti yang diakuinya. Kemudian, kalau memang bisnis IRC bisa menghasilkan berkali-kali lipat dari bunga bank, kenapa Ponzi masih menanamkan uangnya ke bank yang bunganya hanya 5%? Itu suatu pertanyaan yang sahih. Walaupun sebenarnya banyak kejanggalan yang nyata-nyata membuktikan bahwa bisnis IRC Ponzi tidak mungkin untung, artinya Ponzi hanya menipu, tapi masih banyak saja orang yang percaya. Akibatnya mereka dengan mudah jadi korbannya. Kenapa para korbannya bisa terperosok? Tidak lain karena mereka tidak skeptis dan tidak mau berpikir yang sedikit rumit, sedikit saja.
Dari proses pengadilan penipuan Ponzi yang berkali-kali, nampak jelas bahwa tindak kriminal penipuan sulit dijerat. Tuduhannya “penipuan melalui surat” atau mail-fraud dan “mengambil alih milik orang lain secara tidak sah”, seakan tidak ada pasal umum mengenai penipuan. Banyak negara berusaha memperbaiki undang-undang pidananya. Ketika kasus Madoff mencuat tahun 2008, ia dituntut dengan berbagai pasal seperti securities fraud, investment advisor fraud, mail fraud, wire fraud, pencucian uang, pemalsuan laporan keuangan, mengisi secara salah laporan kepada badan pengawas bursa, pencurian dana pensiun. Walaupun penegak hukum membuat hukum semakin rumit, para penipu juga tidak kalah pandainya. Para penipu pada masa-masa berikutnya belajar dari kasus Ponzi. Dari pembelajaran ini muncul variasi-variasi pengelabuhan yang bisa lolos dari persyaratan pasal-pasal penipuan. Variasi ini biasanya dengan ikut sertakan barang riil atau jasa riil dalam skema penipuan.
Kesimpulan
Maka dari itu cobalah mulai berpikir kritis dan selalu berhati-hati. Bijaksanalah dalam menelaah sesuatu jangan menelan mentah-mentah sesuatu dari sudut pandang tertentu. Lihatlah dari sudut pandang yang luas agar lebih bijak menyikapinya.
Sumber: Berbagai Sumber