“It is the mark of an educated mind to be able to entertain a thought without accepting it.”
-Aristotle-
Hai zenius fellow! Kali ini gw mau ngebahas tentang critical thinking! Ada paragraf lucu deh. Gue dapet dari internet, Lisa Shea (http://www.lisashea.com/hobbies/art/general.html). Di situ, dia lagi ngebahas tentang Da Vinci Code.
“I’m really happy the book has gotten people to think – but it concerns me that people then come to me and say “OK tell me the truth!” These people are now sure that the church has been lying to them and they want to blindly believe another person? I have a LARGE list of source reference books. Go read them! Exercise your brain! Figure out for YOURSELF what is true and what is not. If all you do is sit back and say “OK I will believe someone else now”, then you’ve missed a main point of my website. The point is that people are free when they learn for themselves what to believe.”
Iya. Lucu! Tapi, jangan-jangan kita adalah salah satu orang yang kayak gitu. Setelah denger (atau baca) sesuatu, yakin kalo ada yang salah terus kita malah percaya buta sama orang lain. Hihihi… kayaknya lucu sih. Tapi, sebenarnya ini mengkhawatirkan. Di era informasi ini, kita harus bisa kritis, Bung!
Kalo nggak kritis, gampang banget ditipu sama berbagai macam teori konspirasi, hoax, dan macem-macem lainnya. Jangankan kalo lo nggak kritis. Lo kritis aja, masih bisa ketipu.
Fenomena Air HADO
Gue pernah baca sebuah buku tentang Air HADO. Yang ngarang namanya Emoto. Melihat keterangan tentang pengarangnya, Emoto ini tidak memiliki latar belakang sains. Tapi, berhubung dia mengambil liberal art (yang diterjemahkan secara tidak tepat sebagai “seni bebas”), gue pikir dia tidak akan menulis sesuatu hal secara sembarangan.
Jadi gini. Menurut Emoto, air akan mendengarkan perkataan-perkataan manusia. Dia melakukan eksperimen sebagai berikut:
- Ambil air suling, letakkan pada botol.
- Tuliskan kata2 positif pada botol tersebut. Misalnya, “Love and Thank you”, “Arigato”, dan sebagainya.
- Bekukan air tersebut sampai mencapai suhu −25 °C (−13 °F).
- Foto hasilnya.
Menurut Emoto, kristal yang terfoto itu hasilnya akan sangat bagus. Begitu juga kalau air itu didengarkan dengan lagu-lagu klasik atau didoakan. Tapi, menurut Emoto juga, air tidak akan menunjukkan kristalnya ketika ia dituliskan kata-kata negatif seperti “bego lu” atau yang lain. Ia juga tidak membentuk kristal jika terkena radiasi gelombang elektromagnet dari televisi, handphone, dsb. Lagu-lagu heavy metal juga akan membuat air ini tidak mengkristal.
Saat gue baca buku itu. Gue belum menemukan kesalahan dari penelitiannya. Berhubung gue percaya sama data-data yang dia berikan, gue cuma bisa bilang, “itu mungkin aja bener. Tapi, belum ada hipotesis yang bisa menjelaskan kenapa itu semua terjadi”. Dua kejadian yang terjadi secara berurutan belum tentu menunjukkan hubungan sebab-akibat. Post hoc non est propter hoc. Jadi, menurut gue, perlu ada general theory yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian itu. Didorong oleh rasa ingin tahu gue ini, gue mencoba browsing di internet. Gue pikir, mungkin ada beberapa scientist yang udah ikutan meneliti ini dan menawarkan beberapa hipotesis.
Search di google menuntun gue ke Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Masaru_Emoto) dan JREF(James Randi Education Foundation). Di sana gue menemukan bahwa Emoto tidak melakukan double-blind saat meneliti. Datanya pun salah. Double-blind adalah salah satu metode untuk mereduksi bias saat observasi. Tanpa double-blind, seorang observer cenderung hanya mengambil data yang sesuai dengan hipotesisnya atau kepercayaannya. Terlebih, JREF menantang Emoto satu juta dollar jika bisa membuktikan hipotesisnya itu dengan menggunakan double-blind. Ternyata dia belum berhasil. Sebelumnya, gue pernah denger sih tentang JREF ini dari seorang teman. JREF ini emang berjanji memberikan $1.000.000 kepada siapapun yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian supranatural ke ranah sains. Belum ada yang berhasil tuh. Ada yang merasa tertantang?
Di era informasi seperti sekarang ini, kita mudah mengakses berbagai informasi. Tapi, sayangnya, banyak banget yang ngawur. Ada yang tidak disengaja karena terlalu cepat melompat ke kesimpulan tertentu tanpa menggunakan metode penelitian yang benar banyak juga yang disengaja karena keuntungan yang bisa didapat dari penyebaran informasi itu. Misalnya uang atau di era demokrasi ini, suara politik untuk menjatuhkan lawan, dan sebagainya. Kalau nggak kritis. Kita bisa tertipu.
Lihat aja Da Vinci Code. Teori-teorinya mungkin ada yang bener. Tapi, tentu saja itu masih berlatar belakang hipotesis yang belum terbukti secara ilmiah.
Salam kritis!
by: Wisnu O. P. S.